Minggu, 02 Oktober 2011

ilham dari alam

Suatu pagi aku terbangun, dan mendapati dunia ini kosong. Kemana perginya mereka yang kusayangi? Keluarga, teman, dan yang lainnya? Lenyap. Habislah aku. Terkulai, meraung kepadaNya untuk mengembalikan duniaku. Ah tidak, kurasa aku bermimpi. Kutampar keras keras wajah ini. Lalu aku terbangun, dan benar, semua itu memang hanya mimpi. Mereka kembali. Dunia kembali semarak, hingar bingar, seperti yang kuinginkan.
Aku berlari menyeruak ke ruang tamu dan memeluk haru semua keluargaku. Mereka hanya membisu. Dalam panik kuberlari keluar, tanpa arah. Menyusuri lorong pasar yang riuh., melewati kafe kafe mewah di pinggir pinggir jalan. Dengan kepala yang penuh tanya. Menapaki aspal panas dengan kaki telanjang Ah, mungkin saja jawabannya ada di kampus, segera aku kesana, dan mendapati mereka sedang asik bercanda seperti biasanya. Sebagian lain memasang wajah muram entah karena apa. Kusapa beberapa dosen yang kukenal cukup baik, tapi tak ada jawaban. Rupanya mereka tak pernah menyadari kehadiranku.
Aku terbuang. Aku terasing. Kubunuh diriku sendiri, namun aku tidak mati. Kuratapi diri yang semakin hina, berdiri dengan pisau terhunus dan tubuh berlumur darah. Kunaiki tangga kampusku secepat kilat, mungkin dengan melompat aku akan mati. Dan lagi lagi aku gagal. Kembali aku berlari ke jalan, kupasrahkan diriku terhempas oleh bus bus besar, dan semua itu gagal membunuhku. Tangisku semakin pilu.
Aku menyerah. Akan kubunuh waktu ini sampai ia habis. Aku bahkan tak tahu apa aku mati atau hidup. Kunikmati dunia kosong ini, senja, musik, pelangi,  tak lebih dari sekedar kesendirian dibalik gegap gempita. Kubiarkan mereka yang bersorak Dalam mati aku hidup, dalam hidup aku mati. Hingga tiba pada suatu malam ketika aku berziarah pada alam. Menatap kosong kawah hitam itu. Hatiku terpanggil, dan mendekat ingin terjun. Dunia tiba tiba berhenti, dan berdiri mengelilingiku. Melarangku untuk kesana, menangis, berteriak, meronta dan mencakar diri mereka sendiri.
Terlambat. Aku tergelincir, ditelan hidup hidup. Kurasakan sesuatu yang belum pernah kudapati sebelumnya.  Jiwaku terbang. Aku benar benar mati. Inilah saat kepergianku. Begitu damai. Dari atas sana kulihat dunia kembali seperti semula. Dengan hingarbingarnya, dengan gegap gempitanya. Mereka bahagia tanpa aku, aku pun bahagia tanpa mereka. Setelah kusadari bahwa aku, Tuhan dan mereka memang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar