ranu gumbolo |
beberapa hari lalu saya mendaki semeru, untuk kedua kalinya. setelah yang pertama 3 taun yg lalu, bersama tmn2 sispala saya. kali ini saya mendaki bersama Jaka(my partner in crime), Aldi (juga teman kriminil di sekolah dulu), dan Tiara(tmn travelling). hmmh, kamu tau kan, gimana rasanya napak tilas, atau kembali lagi ktmpat yg udh lamaaa gak kamu kunjungi? wah pasti feel so excited doong, dan penuh dengan nostalgia. ga byk yg berubah dari semeru. danaunya, posnya, jalur nya..cuma warungnya aja yg berkurang 1(serius, warungnya emang udh ilang 1). kami ke ranu pane(titik awal pendakian) mengendarai motor. jauh, dingin, terjal, dan rusuh oleh tas segede gaban. awal yg baik. hmm.
sampe di ranu pane sekitar jam 12, makan nasi goreng sebentar( yg menjadi makanan sehat terakhir yg saya konsumsi selama 4 hari kedepan),lalu mulai hiking.perjalanan landai,tapi seolah abadi dan ga sampe sampe.begitu sampe di ranu gumbolo jam setengah6, udh hampir gelap, lekas gelar tenda masak dan tidur lelap.badan remuk redam, kaki brasa mau copot.maklum lama ga hiking. tapi kebayar kok sama kerennya danau gumbolo, daan tentu saja bintang yang berhamburan gitu aja di langit,brasa dekeeet banget-pengen-lo-ambil-masukin-kantong- deh pokoknya. suhu di gumbolo lagi dingin-dinginnya, di kota malang aja udah cukup bikin saya kapok pake celana pendek.nah apalagi di pinggir danau, di ketinggian 2000an m DPL, di lembah pula.bayangin aja gimana dinginnya.
besoknya, bangun, packing dan makan. hm, saya ga gitu suka sarden, jadilah makan super dikit, ceritanya sih karena sok jijay dgn amisnya sarden, dan semacam membunuh diri, jadilah saya tertatih lemas saat hiking menuju tempat selanjutnya, arcopodo,karena kekurangan karbohidrat. untungnya di tengah perjalanan kami sempat break dan masak energen.kalo nggak, mungkin saya bisa mati lemas dan menjadi bahan kudapan macan kumbang di daerah jambangan. pelajaran no.1 : jgn coba2 makan sedikit ketika hiking.
akhirnya kami sampai di arcopodo sekitar jam4an. suhu ga bgitu dingin, mungkin karena dikelilingi pohon kali ya.tapi oh men, dari situ kita bisa denger suara angin di pasiran( jalan menuju puncak) yg mendesir sangat sangat hebat seolah membisikkan kata -ayo sini gue telen lo anak anak manusia yg gabisa diatur-."gabisa diatur?" ehm.sebenernya nih, jalur pendakian ke puncak udh lama ditutup, di surat pernyataan, di pos inhutani maupun ranu pane juga udah diingetin, kalo pendakian terakhir cuma boleh ampe kalimati. duh tapi plis dong dulu saya udah gagal muncak nih, sekarang kan penasaran, gimana dong?
jadilah jam 11 malem kami bangun, saya, jaka dan tiara nekat muncak, sedangkan aldi jaga tenda.wrrr, angin ternyata tidak sekedar basa basi.bener2 kenceng, bikin merinding dan terombang ambing. mulailah kita menapaki medan kerikil untuk sampai ke puncak.beraat banget rasanya.kamu tau kerikil kan?ya.naik 3 langkah, melorot 2 langkah. maka begitu besar tenaga ekstra yg harus dikeluarkan untuk menapaki medan kerikil yg terjal-minta-ampun itu kan?belum lagi gelap, oksigen makin tipis,dehidrasi maksimal,ngantuk,kaki berasa mau copot.oh sungguh lengkap penderitaan.
pasiran, jalan menuju puncak |
kedaan tidak berubah, sampai pagi tiba.yap,kurang lebih 7 jam kami berjalan dgn kondisi memprihatinkan spt itu. akhirnya jam mnujukan pukul stgh 8, kondisi fisik udh bener2 ngedrop, matahari makin tinggi, puncak masih+200 m lagi, kami memutuskan utk stop.yes, menyerah.krn takut gas beracun keluar,juga udh merasa bener2 ga sanggup. ga sadar saya nangis,ini kedua kalinya saya gagal ke puncak.masih ditempat yg sama.ok, mungkin mahameru memang masih ingin menantang saya untuk ketiga kalinya. eh tapi saya ada kemajuan lho, dulu,perjalanan muncak saya seutuhnya dibantu dgn ditarik webbing(semacam tali, alat mountaineering gitu deh) sama pendamping pecinta alam saya yang sangat baik hati.tapi sekarang, dengan kaki dan tangan sendiri! yah, setidaknya saya sudah mengalahkan diri saya sendiri.
trus akhirnya kami turun.bayangkan betapa jauhnya, untuk turun saja dan mencapai vegetasi terakhir butuh waktu 1,5 jam.padahal tinggal perosotan doang tuh turunnya. tugas selesai, kami kembali turun. ngecamp semalam di ranu gumbolo, bertemu dengan beberapa kelompok pendaki lain, bertukar pengalaman, ngobrol sepanjang waktu, berbagi makanan. hmmh, ini salah satu hal yang paling saya suka dari pendakian, suasana begitu hangat, saling sapa walau gak saling kenal. saya sering iseng mikirin, kenapa ya, kalo di gunung tuh bawaannya semua kaya saudaraa aja. apa mungkin karena salah satu asas pecinta alam yg menyatakan bahwa"semua pecinta alam adalah saudara?" ah nggak juga, gak semua pendaki gunung jebolan pecinta alam. jawaban sementara sih, mungkin karena para pendaki seolah memiliki solidaritas yg sama, karena merasa "sependeritaan" kali yee..huhuuhuu.
semeru batuk |
dan besoknya kami jalan lagi menuju ranu pane.sepanjang turun perasaan saya capur aduk, entah bangga, kecewa, sedih, haru, dongkol.tapi ga apa.saya makin cinta ama semeru. saya bukan bolang sejati yang maniak petualangan.naik gunung masih menjadi hal yang begitu berat buat saya. tapi saya pasti balik.pasti ! :)